Ditulis oleh As-Salafy di/pada Oktober 27, 2009
Dibawakan oleh al Ustadz Abdullah Sya’roni di sela-sela pembahasan kajian kitab Syarhus Sunnah lil Imam Al Barbahari
Syaikh Rabi’ bin Hadi al Madkhali
Kaitannya dengan orang awam yang berbuat bid’ah, Syaikh Rabi’ bin Hadi al Madkhali ditanya: Orang yang ikut-ikutan kepada pelaku bid’ah apakah mereka juga perlu kita hajr (dijauhi atau diboikot)?
Maka syaikh menjawab: Orang yang tertipu dari kalangan mereka (yakni orang yang jahil cuma ikut-ikutan) dapat kita ketahui (oo.. ini cuma ikut-ikutan). Jangan tergesa-gesa untuk mengatakan dia mubtadi’, dia sesat. Ajarkan dulu mereka dan terangkan dulu kepada mereka al haq. Karena kebanyakan mereka itu menginginkan kebaikan, sampai shufi-pun menginginkan kebaikan. Demi Allah, seandainya di sana terdapat kegiatan-kegiatan dakwah Salafy, niscaya engkau akan melihat mereka akan masuk ke dalam salafy secara berbondong-bondong ataupun perorangan. Jangan landasan yang ada pada kalian itu adalah manghajr orang, mentahdzir orang, menjauhi umat, jangan !! (tahdzir sana tahdzir sini). Hendaklah yang menjadi asas (landasan) kalian adalah hidayatunnas (memberikan petunjuk kepada manusia). memasukkan orang kepada kebaikan.
Permasalahan hajr (memboikot seseorang karena melakukan kebid’ahan) ini terkadang dipahami dengan salah. Kalau kamu menghajr orang seluruhnya lantas siapa yang akan masuk ke dalam sunnah? (Siapa yang masuk ke dalam Salafy? sana dihajr sini ditahdzir).
Wahai ikhwah sekalian, al hajr terhadap ahlul bid’ah memang dilakukan seperti di zamannya Imam Ahmad Rahimahullah dan ketika itu bumi penuh dengan Salafiyyun. Sehingga kalau Imam Ahmad Rahimahullah mengatakan, “Fulan itu adalah mubtadi’” maka gugur ia, tidak bisa bergerak (mubtadi’ tersebut) karena banyaknya salafy.
Adapun sekarang salafiyyah yang ada di Zamanmu ini seperti rambut putih di sapi yang berwarna hitam. Hendaknya yang menjadi landasan dakwah kalian adalah mengajak manusia kepada petunjuk dan menyelamatkan mereka dari kebathilan (bukannya dihajr). Tetapi ber-ramah tamahlah kalian ajak manusia, dakwahi mereka, dekati mereka dan insya Allah kalian akan banyak meraih manusia masuk ke dalam dakwah kalian.
Adapun kalau kamu gondok (cemberut ketemu orang), karena beranggapan semua manusia menyimpang padahal kamu tidak pernah menasihati mereka, tidak pernah menjelaskan sesuatu kepada mereka, ini adalah keliru, yang seperti ini menutup pintu kebaikan pada wajah manusia. Janganlah kaidah atau asas yang kalian bangun di atas dakwah itu sekedar cela sana cela sini. Al Hajr itu kalau di zamannya Imam Ahmad kalian mengatakan, “boikot dia, jauhi dia, hati-hati dari dia” mungkin satu dari ahlul bid’ah itu akan kembali kepada al haq karena terpaksa, dia akan kembali. Adapun sekarang kamu menoleh ke sana kemari tidak melihat Salafy. Orang yang melakukan satu kebid’ahan kemudian diboikot, karena dia merasa punya pengikut tidak mendengar kalian malah sudah pergi bersama pengikutnya. Maka hati-hatilah dalam perkara ini.
Hendaklah kaidah yang ada pada kalian merangkul manusia. Demi Allah mayoritas manusia itu mereka menginginkan kebaikan, mereka pergi ke masjid apa yang mereka inginkan? mereka menginginkan surga, wahai ikhwah! Mereka menginginkan kebaikan! Tetapi caranya, hendaklah cara yang kalian tempuh penuh dengan hikmah.
Demi Allah! Seandainya cara yang penuh hikmah, yang penuh dengan kasih sayang, yang kamu tidak merasa lebih tinggi darinya. Kalau orang itu merasakan kamu merasa lebih tinggi darinya maka dia tidak akan masuk kepadamu. Dia tidak menginginkan al haq dari kamu karena dia melihat kamu sombong. Akan tetapi Merendah hatilah, dakwahi mereka dengan hikmah insya Allah banyak dari manusia menjadi Salafy.
Kemudian syaikh membawakan sebuah contoh kasus:
India, tadinya kebanyakan mereka adalah khurofi, penyembah kubur, penuh dengan khurafat. Kemudian masuklah ahlul hadits, dengan membawa ilmu dan hikmah dalam dakwah. Sehingga meraih jutaan ikhwah karena hikmah dan ilmunya tadi dengan tiga-empat orang dari murid Syaikh Nadhir Hasan. Sehingga dengan dakwah mereka ini, ahli hadits yang berdakwah dengan ilmu dan hikmah, berbalik keadaan India kepala dengan kaki (180 derajat).
Kemudian salah seorang dari mereka diuji oleh Allah, datang ahli bid’ah kemudian tiba-tiba mukul dengan cangkul sampai selesai dipukuli. Perkiraan ahli bid’ah ini bahwa da’i ini meninggal (padahal tidak meninggal, cuma pingsan)
Kemudian para pengikutnya datang dan mengambil orang yang mukul ini dan dimasukkan ke penjara. Ketika da’i ini siuman (sadar dari pingsan) berkata, “Mana yang memukulku tadi, ke mana dia?” Dijawab, “Bahwa dia sudah dititipkan ke penjara” Maka dia berkata, “Selamanya dia tidak akan di penjara, saya sudah maafkan dia” Maka dijawab, “Tapi ia sudah dipenjara” Mereka tidak mau mengeluarkannya dari penjara.
Akhirnya da’i ini yang tadi pingsan dan mau mengeluarkan tapi tidak bisa, dia memberikan nafkah kepada keluarga mubtadi’ yang memukulnya tadi, karena tidak ada yang menafkahi keluarga mubtadi tadi selama dipenjara. Yang memukul ini tadi ternyata dia adalah tokoh mubtadi’ dan ketika dia bebas dari tahanan karena melihat keluarganya dinafkahi akhirnya dia menjadi seorang Salafy dan ini banyak contohnya [1]. Kemudian juga dibawakan contoh di antaranya di Sudan [2].
Yang saya inginkan tidak harus kalian itu sampai ke tingkat ini. Akan tetapi yang aku inginkan dari kalian, wahai ikhwah, adalah sedikit saja ada rasa hikmah, ada rasa lemah lembut, ada kesabaran dan ada niatan baik. Sedikit saja empat sifat ini tadi aku inginkan ada pada kalian. Hendaklah kalian memberi petunjuk kepada manusia, demi Allah dengan akhlak yag penuh hikmah dan lemah lembut manusa akan menerima dakwah kalian.
Tetapi kalau yang ada di sisi kalian itu kekerasan dan kekasaran, firman Allah Ta’ala,
لَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Ali Imran: 159)
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ditegur oleh Alah seperti ini. Wahai ikhwah, semoga Allah memberkahi kalian, sebagian ikhwan kita pada mereka terdapat kekerasan yang berlebihan yang mengeluarkan seseorang dari Salafy (ooh.. dia itu bukan Salafy… Maka dia gak pernah memasukkan seorangpun ke dalam salafy, bisanya ngeluarian, ngeluarin, masukinnya mana? ooh saya bagian pengeluaraan, bagian pemasukan ada lagi), ini ada sekarang…. mereka inilah disebut para pengusir !!
Hendaklah mereka bertaubat kepada Allah Azza wajalla dan memperbaiki akhlak mereka, semoga Allah memberkahi kalian dan hendaklah kalian di atas cara seperti ini, jangan yang menjadi landasan dakwah kalian adalah boikot sana boikot sini cela sana cela sini.
Pembokitan terhadap ahlul bid’ah itu disyariatkan kalau memberikan manfaat. Kalau kamu hidup di zamannya Imam Ahmad Rahimahullah maka lakukanlah hajr! Akan tetapi di zaman siapa kamu sekarang ini? Barokallahu fiikum, wajib memiliki sikap lemah lembut, penuh hikmah, dan sabar. Mendekati manusia dan menunjukkan mereka kepada kebaikan.
[Dari Transkrip rekaman kajian rutin kitab yarhus Sunnah lil Imam al Barbahari yang dibawakan oleh al Ustadz Abdullah Sya'roni]
____________
Footnote:
[1] Berkata Ustadz Abdullah Sya’roni, “Diantaranya kejadian yang pernah menimpa saya di Poso, dua kali saya kena tonjokan dan satu kali kena tendangan. Seorang mubtadi’, khurofi mukul dua kali di majelis, otomatis masyarakat dan santri-santri membela saya dan seandainya saya melawanpun bisa. Tetapi sabar, dan penuh dengan hikmah, dan subhanallah dengan kejadian itu satu dusun mendukung dakwah kita.”
[2] Dahulu ada orang bernama Abul Mahjub di daerah Sudan, dialah salah seorang yang telah menyebarkan manhaj salafiyyah di Sudan. Sebelumnya orang-orang Sudan telah menyerangnya, mengungkungnya dengan mengikat kakinya, lalu dilemparkan keluar mesjid. Lalu seketika ia bangun, ia tertawa, dan tidak menampakkan kedengkian terhadap orang-orang itu, dan dia tidak membalas, atau yang selainnnya, dia hanya tersenyum dan tertawa. Bermula dari sinilah para masyaikhnya beralih ke dakwah salafiyyin.
http://sunniy.wordpress.com/2009/10/17/bagaimana-menyikapi-orang-awam-yang-berbuat-bidah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar