26 September 2009

Manfa'atkanlah Al-Qur'an Desuai Dengan Tujuan

Pertama-tama, haruslah kita mengetahui untuk apa al-qur'an itu kita manfa'atkan.

Allah ta’ala telah berfirman tentang Al-Qur’an :

إِنّ هَـَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشّرُ الْمُؤْمِنِينَ الّذِينَ يَعْمَلُونَ الصّالِحَاتِ أَنّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” [QS. Al-Israa’ : 9].

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لّيَدّبّرُوَاْ آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكّرَ أُوْلُو الألْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran” [QS. Shaad : 29].

وَنُنَزّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظّالِمِينَ إَلاّ خَسَاراً

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” [QS. Al-Israa’ : 82].

Dan masih banyak lagi ayat yang lain yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk, rahmat, obat penawar, dan jalan selamat bagi mereka baik di dunia maupun di akhirat.

Sudah barang tentu bahwa segala hal yang menjadi tujuan diturunkan Al-Qur’an ini akan bermanfaat bagi manusia bila mereka membacanya, men-tadabur-inya (merenungkan/menghayati), serta mengamalkan segala kandungannya.

Al-Qur’an tidak akan banyak bermanfaat jika hanya sekedar dimiliki, dipajang, dijadikan hiasan [yakni dengan kaligrafi-kaligrafi yang tentunya kita tidak dapat mengambil manfaat dari kaligrafi tersebut karena sulitnya kita untuk dapat membacanya, begitupun dalam hal ini, seperti menjadikannya sebagai ringtone, yang tidak menempatkan al-qur'an pada manfa'atnya yang sebenarnya], atau disimpan di dalam rumah.

Tidak dipungkiri bahwa Al-Qur’an mempunyai fadlilah (keutamaan) yang cukup banyak. Termasuk dalam hal ini adalah dapat melindungi diri serta mengusir gangguan syaithan. Melalui perantaraan (wasilah) apa fadlilah tersebut didapatkan? Dengan membacanya (dan mengetahui maknanya) atau sekedar memajangnya di dinding dan di atas pintu ? Tentu kita semua memahami bahwa fadlilah tersebut akan kita dapatkan jika kita membacanya.

Råsulullåh shållallåhu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَأْخُذُ مَضْجَعَهُ يَقْرَأُ سُوْرَةً مِنْ كتَابِ اللهِ إِلا وَكَّلَ اللهُ بِهِ مَلَكاً فَلاَ يَقْرَبَهُ شيْءٌ يُؤْذِيْهِ حَتَّى يَهُبَّ مَتَى هَبَّ

”Tidaklah seorang muslim yang mengambil tempat pembaringannya lalu membaca satu surat dari Kitabullah kecuali Allah mengutus seorang malaikat. Maka tidak ada sesuatu yang mendekatinya dapat menyakitinya hingga ia bangun kapan saja ia terbangun”

[HR. Tirmidzi no. 3407. Sanadnya dla’if menurut Asy-Syaikh Al-Albani, akan tetapi dihasankan oleh Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam komentarnya terhadap kitab Al-Adzkar].

قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌُ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِيْنَ تَمْسِي وَحِيْنَ تُصْبِحُ ثَلاثَ مَرَّاتٍِ تَكْفِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍِ

”Surat Al-Ikhlash dan Al-Mu’awwidzatain (QS. Al-Falaq dan An-Naas) jika dibaca pada waktu sore dan pagi hari sebanyak tiga kali, akan mencukupimu dari segala sesuatu”

[HR. Abu Dawud no. 5082, An-Nasa’i 8/250, At-Tirmidzi no. 3575, dan Ahmad 5/312; hasan shahih].

لا تَجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِيْ تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ

”Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya syaithan itu akan lari dari rumah yang dibacakan padanya surat Al-Baqarah”

[HR. Muslim no. 780].

من قالها حين يمسي أجير منها حتى يصبح ومن قالها حين يصبح أجير منها حتى يمسي

”Barangsiapa yang membaca ayat Kusi pada waktu sore hari, maka ia dijaga dari gangguan jin hingga pagi hari. Dan barangsiapa yang membacanya di waktu pagi hari, maka ia akan dijaga hingga sore hari”

[lihat Shahih At-Targhib juz 1 no. 662].

اقْرَأُوْا سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلا تَسْتَطِيْعُهَا الْبَطَلَةُ

”Bacalah surat Al-Baqarah, karena membacanya akan mendatangkan berkah dan meninggalkannya berarti kerugian. Tukang sihir tidak akan bisa berbuat jahat kepada pembacanya”

[HR. Muslim no. 804].

الْآيَتَانِ مِنْ آخِرِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ مَنْ قَرَأَهُمَا فِيْ لَيْلَةٍِ كَفَتَاهُ

”Dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah, barangsiapa yang membacanya di malam hari maka ia telah mencukupkannya”

[HR. Bukhari no. 3786 dan Muslim no. 807].[1]

Semua nash yang shahih menunjukkan bahwa fadlilah ayat-ayat Al-Qur’an hanya dapat diperoleh – minimal – jika kita membacanya.

Al-Qur’an bukanlah jimat yang ayat-ayatnya ditulis dan dibungkus dalam kain untuk menolak bala’ dan bahaya. Al-Qur’an pun bukanlah hiasan dan barang penglaris dagangan sehingga manusia bermegah-megahan dengannya. Tidak kita dapatkan contoh dari Rasulullah shallallaahu ’alaihi wasallam, para shahabat, atau para ulama terpercaya setelah mereka yang memajang ayat Al-Qur’an di dinding sebagai hiasan dan penolak setan.

Abu ’Ubaid meriwayatkan dalam kitab Fadlaailul-Qur’an (1/111) dengan sanad shahih dari Ibrahim An-Nakha’i bahwa ia berkata : ”Mereka (para shahabat radliyallaahu ’anhum) membenci segala macam tamimah (jimat) [2], baik yang berasal dari ayat-ayat Al-Qur’an atau bukan dari ayat-ayat Al-Qur’an”.

Fatwa-fatwa 'ulama mengenai penyalahgunaan al-qur'an

1. Fatwa dari Al-Lajnah Ad-Daaimah terkait dengan penggunaan al-qur'an sebagai hiasan.

س: يجري بيع لوحات تعلق على الحائط مكتوب عليها آية الكرسي تعلق على الغرف تكريما وافتخارا بالقرآن الكريم، هل مثل هذه اللوحات محرم بيعها في الأسواق واستيرادها إلى المملكة؟

ج: القرآن نزل ليكون حجة على العالمين، ودستورا ومنهاجا لجميع أفراد المسلمين، يحلون حلاله ويحرمون حرامه، ويعملون بمحكمه، ويؤمنون بمتشابهه، يحفظ في الصدور، ويكتب في المصاحف والرقاع والألواح ونحوها؛ للرجوع إليه وتلاوته منها عند الحاجة، هذا هو الذي فهم المسلمون الأوائل ودرج عملهم عليه، أما ما بدأ يظهر في هذه الأزمنة من كتابة بعض القرآن على لوحة أو رقعة كتابة مزخرفة وتعليقها داخل غرفة أو سيارة أو نحو ذلك فلم يكن هذا من عمل السلف، وقد يكون في ذلك من المفاسد أعظم مما قصد الكاتب أو المعلق من تعظيمه والافتخار به من شغل المعتنين بذلك عن الاهتمام بأغراض القرآن التي نزل من أجلها، فالأولى بالمسلم أن يترك هذه الأشياء ويبتعد عن التعامل فيها، وإن كان الأصل فيها الحل خشية أن يكثر استعمالها والتعامل فيها فتشغل الناس عما هو المقصود من القرآن.وبالله التوفيق. وصلى الله على نبينا محمد، وآله وصحبه وسلم.

اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء

Soal :

Seringkali dilakukan penjualan hiasan dinding yang tercantum di dalamnya ayat Kursi. Hal itu biasanya ditempel di ruangan sebagai bentuk penghormatan dan rasa bangga terhadap Al-Qur’an Al-Kariim. Apakah hiasan-hiasan tersebut diharamkan untuk menjualnya di pasar-pasar dan mendatangkannya ke kerajaan/negeri ini ?

Jawab :

Al-Qur’an diturunkan supaya menjadi hujjah atas alam ini serta menjadi undang-undang dan manhaj bagi seluruh kaum muslimin. Mereka menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram (di dalam Al-Qur’an), mengamalkan hukumnya, iman terhadap ayat-ayat mutasyabihaat.

Al-Qur’an dihafal di dada (kaum muslimin), dan ditulis dalam lembaran-lembaran, dedaunan dan pelepah, serta yang lainnya; untuk dijadikan rujukan dan membacanya (dari lembaran itu) ketika dibutuhkan. Inilah yang dipahami generasi pertama kaum muslimin dan mereka beramal di atasnya.

Adapun sesuatu yang baru muncul di jaman belakangan ini, berupa penukilan sebagian (ayat-ayat) Al-Qur’an pada hiasan atau kertas tulisan yang dihiasi serta menempelkannya dalam ruangan; maka itu semua bukan termasuk amalan generasi salaf. Dan bisa saja kerusakan yang timbul dengan sebab itu lebih besar daripada pengagungan dan rasa bangga yang dimaksud oleh orang yang menulis atau menempelkannya. Yaitu efeknya yang berupa membuat para pemerhati barang itu disibukkan dari memperhatikan tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an.

Maka sebaiknya seorang muslim meninggalkan hal-hal ini dan menjauhkan (diri) dari berinteraksi (at-ta’aamul) di dalamnya, meskipun pada dasarnya hal tersebut halal. Hal tersebut dilakukan karena khawatir bahwa perbuatan dan interaksi tersebut akan merajalela sehingga menyibukkan manusia dari maksud Al-Qur’an yang sebenar-benarnya.

Wabillaahit-taufiq. Wa shallallaahu ’alaa nabiyyinaa Muhammadin wa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Al-Lajnah Ad-Daaimah lil-Buhuts wal-Iftaa’ – ’Abdul-’Aziz bin Baaz (Ketua), ’Abdurrazzaq Al-’Afifi (Wakil Ketua), ’Abdullah bin Ghudayan (Anggota); dan ’Abdullah bin Qu’ud (anggota).

[Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daaimah no. 1871, juz 4 halaman 72 – 73.]

2. Fatwa Syaikh Al-Fauzan mengenai dijadikannya al-qur'an sebagai nada dering (ringtone)

ما رأيكم فيمن يضع في الجوالِ بدلا مِن الموسيقى أذان أو قراءة القرآنِ الكريم؟

حكم استعمالِ الأذان والقرآن الكريم بدلا مِن الموسيقى في الجوالات
ما رأيكم فيمن يضع في الجوالِ بدلا مِن الموسيقى أذان أو قراءة القرآنِ الكريم؟
هذا امتهانٌ للأذانِ والذِّكر وللقرآن الكريم؛ فلا يُتخذ لأجل التنبيه.
ما يُتخذُ القرآنُ لأجل التنبيه؛ يُقال: هذا خيرٌ مِن الموسيقى ! طيب الموسيقا: أنت مُلزَم بها ؟!! اترك الموسيقى، ضع شيء منبِّه، لا فيه موسيقى،
ولا فيه قرآن، منبه فقط
[من شريط بعنوان: " لقاء مفتوح مع الشيخ العلاّمة صالح بن فوزان الفوزان - حفظه الله- " بتاريخ 23 -10-1426هـ].

Soal:

Apa pendapat anda tentang penggunaan adzan atau qiraat Al-Qur'an sebagai nada dering handphone untuk menggantikan ringtone musik?

Jawab:

Hal ini merupakan penghinaan atau termasuk merendahkan (penyalahgunaan) terhadap adzan, dzikir, dan Alquran.

Jadi, tidak seharusnya menjadikannya sebagai alarm (ringtones). Alquran tidak boleh dijadikan sebagai alarm/nada dering.

Jika dikatakan: “Ini lebih baik daripada musik!” Bantahlah: “Ya, apakah kamu terpaksa dengan musik?!

Tinggalkan musik dan taruhlah sesuatu yang ada sebagai ringtone, seperti bunyi normal.

Sesuatu yang bukan mengandung musik ataupun yang mengandung Alquran. Sesuatu yang sederhana sebagai bunyi dering.

Kesimpulan:

Tidak dibenarkan memasang Al-Qur’an di dinding atau yang lainnya untuk tujuan mengusir setan ataupun sebagai hiasan. Setan hanya akan lari ketika ayat Al-Qur’an dibaca dan diperdengarkan. Bukan dengan dipajang. Al-Qur’an diturunkan juga bukan sebagai hiasan [seperti menjadikannya dalam bentuk-bentuk seperti kaligrafi atau ringtone] yang justru rentan menimbulkan riya’ bagi pelakunya [3]. Sudah selayaknya setiap muslim menghindari hal-hal yang demikian. [Dan sebaiknya, kita hanya menggunakan al-qur'an sesuai dengan tujuan diturunkannya]

Wallaahu a’lam.

Dinukil dari tulisan Abul-Jauzaa'
(dengan penambahan yang seperlunya tanpa merubah makna)

Dengan judul asli:
Hukum Al-Qur'an yang Dipajang Sebagai Hiasan dan Pengusir Setan

Catatan kaki :

[1] An-Nawawi berkata : “Ada yang mengatakan yaitu cukup baginya dari qiyamul-lail; ada pula yang mengatakan yaitu cukup baginya dari (gangguan) syaithan; dan ada pula yang mengatakan yaitu cukup baginya dari berbagai gangguan penyakit. Dan kemungkinan juga dari semuanya” [Syarah Shahih Muslim 6/91].

[2] Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ

“Sesungguhnya jampi-jampi, tamiimah (jimat-jimat), dan tiwalah (pellet, susuk, dan sejenisnya) termasuk syirik” [HR. Abu Dawud no. 3883, Ibnu Majah no. 3530, Ahmad 1/381, dan lain-lain; shahih].

[3] Sebagian orang memajang ayat-ayat Al-Qur’an di dinding (atau menjadikannya sebagai ringtone) ingin menunjukkan tentang iltizam (komitmen) mereka terhadap syari’at. Padahal banyak diantara mereka yang justru jauh dari syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari yang mereka jalani !

Diantara mereka ada yang memasang ayat-ayat haji, namun mereka sendiri tidak berhaji padahal mampu.

Diantara mereka ada yang memasang ayat-ayat hijab (jilbab) tapi istri dan anak mereka tidak memakai jilbab.

Diantara mereka ada yang memasang ayat-ayat tentang shalat, tapi ia dan keluarganya sering melalaikannya……

Allaahul-Musta’an !

Tidak ada komentar: