21 September 2009

Our Salaf Their Shålat

For forty years, the Adhan was never called but Sa`id bin al-Musayyab was in the mosque before it was called.

Selama empat puluh tahun, adzan tidak pernah dikumandangkan, melainkan Sa'id bin al-musayyab telah berada di mesjid sebelumnya.

[Tabaqat al Hanabilah 1/141, Hilyat al Awliya 2/163, Sifat as Safwah 2/80]

---

Umar became unconscious after he was stabbed, and according to Al Miswar bin Makhramah, it was said: "Nothing would wake him up except the call to prayer, if he is still alive." They said to him, "The prayer has finished, O Chief of the Faithful!" He woke up and said, "The prayer, by Allah! Verily, there is no share in Islam for whoever abandons the prayer." He performed the prayer while his wound was bleeding.

Umar pingsan ketika ia ditikam, dan berdasarkan al-muswar bin makhramah, (bahwa ia berkata) "tidak ada yang dapat membangunkannya kecuali adzan, jika ia masih hidup". Mereka mengatakan kepadanya, "Sholat telah usai, hai amirul mukminin!" Maka ia bangun dan mengatakan, "Sholatlah, demi Allah! sesungguhnya tidak ada saham dalam islam bagi siapa saja yang meninggalkan sholat." Dia menunaikan sholat sedangkan luka yang dideritanya mengucurkan darah.

[Sifat as Safwah 2/131, As Siyar 5/220]

---

After ar-Rabi` bin Khaytham became partially paralyzed, he used to go to the mosque helped by two men. He was told: "O Abu Yazid! You have been given permission to pray at home." He said, "You have said the truth, but I heard the caller herald, 'Hayya `ala al-Falah (Come to success)', and I thought that whoever hears this call should answer it even by crawling."

Setelah Ar-Rabi' bin Khaytham lumpuh, ia masih tetap pergi ke mesjid dengan dibantu dua orang lelaki. Dikatakan kepadanya: "Hai Abu Yazid! Kamu memiliki udzur untuk mendirikan sholat di rumahmu." Ia menjawab: "Benar, tapi aku mendengar ajakan "hayya 'alal falaah" (marilah kita menuju kemenangan), dan aku kira, bagi siapa yang mendengar hal ini, seharusnya menjawabnya walaupun dengan merangkak!"

[Hilyat al Awliya 2/113]

---

Adi bin Hatim (radhiAllahu `anhu) said; "Every time the prayer timefalls, it falls while I am eager for it and ready to perform it (i.e.having wudu)."

Adi bin Hatim (radhiallohu 'anhu) mengatakan: "Setiap kali datang waktu sholat, maka ia mendatangiku ketika aku bersemangat melakukannya dan aku siap untuk melakukannya (telah menyempurnakan wudhu).

[Az Zuhd by Ahmad, p. 249]

---

Abu Bakr bin Abdullah al Muzani said, "Who is like you, O son of Adam? Whenever you wish, you use water to make Ablution, go to the place for worship and thus enter the presence of your Lord (i.e. start praying) without a translator/barrier or a barrier between you and Him!"

Abu Bakar bin Abdulloh Al-Muzani mengatakan, "Siapa yang sepertimu, Hai Anak Adam, kapanpun kamu mengharapkan sesuatu, gunakanlah air untuk berwudhu, pergilah ke mesjid dan kemudian rasakanlah kehadiran Rabb-mu tanpa adanya penerjemah atau halangan antara dirimu dan diriNya."

[Al Bidayah wa an Nihayah 9/256]

---

Abu'Al Aliyah said, "I would travel for days to meet a man and the first thing I would notice about him is his prayer. If he would establish the prayer perfectly and on time, I would stay with him and hear the knowledge he had. If I found him to be careless concerning the prayer, I would leave him and say to myself that for things other than the prayer, he would be even more careless."

Abul Aliyah mengatakan, "Aku akan bepergian beberapa hari untuk menemui seseorang, dan yang pertama kali akan kulihat darinya yaitu sholatnya. Jika ia mendirikan sholat dengan sempurna dan tepat waktu, maka aku akan bersamanya, dan mengambil ilmu darinya. Jika kutemukan ia tidak memperdulikan sholat, maka aku akan meninggalkannya dan mengatakan kepada diriku bahwa selain daripada itu (sholat), pastilah dia lebih tidak peduli lagi"

---

When Ali bin Al Husain used to perform Wudu, his color would change. His family asked him why this happened to him every time he performed Ablution, he sid, "Do you know before Whom I am about to stand (in prayer)?"

Ketika Ali bin Al-Husain menyempurnakan wudhunya, rona- wajahnya berubah. Maka keluarganya menannyakan kepadanya tentang hal ini, maka ia menjawab, "Tahukah kamu Siapa yang kelak akan ku temui?"

---

Yazid bin Abdullah was asked, "Should we make a roof for our mosque?" He said, "Purify your hearts and your mosque will be sufficient for you."

Yazid bin Abdulloh ditanya, "Apakah sebaiknya kita menambahkan atap kepada mesjid kita ini?" maka ia menjawab, "murnikanlah hatimu maka mesjidmu akan mencukupkanmu"
[Hilyat al Awliya 2/312]

---

Adi bin Hatim (radhiAllahu `anhu) said, "Ever since I became Muslim, I always made sure to have Wudu when the Adhan is called."

Adi bin Hatim (radhiallohu 'anhu) mengatakan, "Sejak aku menjadi seorang muslim, aku selalu memastikan bahwa aku telah berwudhu ketika adzan dikumandangkan"

[As Siyar 3/160]

---

Ubayd bin Ja`far said, "I never saw my uncle Bishr bin Masnur miss the first takbir, and whenever any person stood up in our mosque to ask people for help, my uncle gave him something."

Ubayd bin Ja'far mengatakan, "Aku tidak pernah melihat pamanku, Bishr bin Masnur, melewatakan takbir pertama, Kapan saja ada yang berdiri dimesjid kami, lalu dimintai tolong oleh orang-orang, pamanku yang memberikan mereka sesuatu"

[Sifat as Safwah 3/376]

---

Ibn Sama`ah said, "For forty years, I only missed Takbir Tahrimah (initial takbeer) when my mother died."

Ibnu Sama'ah berkata, "Selama empat puluh tahun, aku hanya sekali melewatkan takbir tahrimah (takbir pertama), yaitu ketika wafatnya ibuku"

[As Siyar 10/646]

---

"If you know of a man's disinterest in Takbir Tahrimah, then wash your hands of him."

"Jika engkau mengetahui ada seseorang yang memandang remeh takbir tahrimah, maka jauhkan tanganmu darinya (menjauh darinya)."

[As Siyar 5/65, Sifat as Safwah 3/88]

Sufyan bin `Uyaynah, "Honoring the prayer includes coming before the Iqamah is recited."

Sufyan bin 'Uyaynah, "Termasuk menghormati sholat yaitu datang sebelum iqomah dikumandangkan"

[Sifat as Safwah 2/235]

---

Maymun bin Mahran came to the mosque late and when he was told that the people had already finished the prayer, he said, "We all belong to Allah and to Him shall be our return! I prefer the congregational prayer to being the governor of Iraq."

Maymun bin Mahran terlambat datang ke mesjid dan ketika orang-orang memberitahunya bahwa mereka telah menyempurnakan (menyelesaikan) sholat, maka ia mengatakan, "Kita semua adalah milik Allah, dan kepadaNya lah kita akan kembali! Aku lebih memilih hadir untuk sholat berjama'ah ketimbang menjadi gubernur iraq!"

[Mukashafat al Qulub p 364]

---

Yunus bin Abdullah said, "What is the matter with me? When I lose a chicken I feel concerned, but when I miss the prayer in congregation, it does not grieve me."

Yunus bin 'Abdulloh mengatakan, "Apa yang terjadi padaku? Ketika aku kehilangan ayamku, aku merasa khawatir, tapi ketika aku melewatkan sholat berjama'ah, itu tidak menjadikanku bersedih hati"

[Hilyat al Awliya, 3/19]

---

Umar said, while standing on the podium, "A man might have white hair in Islam (i.e. reaches in old age while Muslim), yet has not completed even one prayer for Allah, the Exalted!" He was asked, "Why is that?" He said, "He does not perfect the prayer's required Khushu`, solemness and attending to Allah with his heart."

Umar mengatakan, ketika ia berdiri diatas mimbar, "Orang-orang mungkin memiliki rambut putih dalam islam (telah memeluk islam (muslim) sampai ia berumur lanjut), belum pernah menyempurnakan satu pun ibadah kepada Allah Yang Maha Agung! diapun ditanya "kenapa begitu?" Ia mengatakan, "Ia tidak menyempurnakan sholatnya, karena sholat diperlukan adanya khusyu', khidmat (sungguh-sungguh), serta menghadirkan hatinya kepada Allah"

[Al-Ihya 10/202]

---

Hammad bin Salamah said, "I have never stood up for prayer without imagining that Jahannam is before my eyes."

Hammad bin Salamah mengatakan, "Aku tidak pernah berdiri untuk sholat tanpa membayangkan bahwa jahannam ada dihadapanku"

[Tadhkirat al Huffadh 1/219]

---

Mu`adh bin Jabal advised his son, "My son! Pray the prayer of he who is just about to leave and imagine that you might not be able to prayever again. Know that the believer dies between two good deeds, one that he performed and one that he intended to perform later on."

Muadz bin Jabal menasehati anaknya, "Hai anakku! Sholatlah seperti sholatnya orang yang akan pergi, dan bayangkanlah bahwa engkau tidak akan sholat lagi. Ketahuilah, bahwa seorang muslim itu mati diantara dua kebaikan, satu keika ia mengerjakan (kebaikan/ibadah)nya, dan satu lagi ketika ia sedang berniat mengerjakannya."

[Sifat as Safwah 1/496]

---

Bakr al Muzani said, "If you want your prayer to be of benefit to you, say to yourself, 'I might not have a chance to perform another prayer.'"

Bakar Al-Muzani berkata, "Jika engkau ingin sholatmu bermanfaat bagimu, katakan kepada dirimu, "aku tidak akan memiliki kesempatan untuk melaksanakan sholat lagi (sholat berikutnya)"

[Jami` al `Ulum wal Hikam, p 466.]

---

Shubrumah said, "We accompanied Karz al Harithi on a journey. Whenever he wanted to set camp in an area, he used to scan it with his eyes and when he found a good piece of land that he liked, he would go to it and pray there until it was time to leave."

Shubrumah mengatakan, "Kami menemani Karz Al-Haritsi ketika safar. Kapansaja ia menentukan tenda dalam satu daerah, ia sering kali mengeceknya dengan matanya, dan ketika ia menemukan tanah yang ia suka, maka ia akan pergi kesana dan terus sholat disana, hingga telah sampai waktu untuk meninggalkannya."

[Sifat as Safwah 3/120]

---

Al Qasim bin Muhammad said, "Whenever I went out in the morning, I used to visit Aisha (radhiAllahu `anha) (his aunt and the wife of the Prophet, sallAlahu `alayhi wasalam) and greet her. One day I found her performing Ad Duha prayer, reciting this Ayah repeatedly, crying and invoking Allah: 'So Allah has been gracious to us, and has saved us from the torment of the Fire.' [52: 27] I stood there until I felt bored, so I left and went to the market to do something and said to myself that when I finish what I have to do, I will go back (to`Aishah radhiallahu `anha). When I finished and went back to her, I found her still standing in prayer, reciting the same Ayah, crying and invoking Allah.'"

Al-Qosim bin Muhammad mengatakan, "Kapansaja aku berjalan pada waktu pagi, Aku selalu menemui A'isyah radhiallohu 'anha (bibinya), dan menyapanya. Suatu ketika, aku mendapatinya sedang melaksanakan sholat dhuha, membaca ayat ini berulang-kali, menangis dan memohon kepada Allah, "Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (At-Tur 52:27)" Aku tetap berdiri, hingga aku merasa bosan, maka aku meninggalkannya, dan pergi kepasar untuk melakukan sesuatu, dan mengatakan kepada diriku, "ketika aku menyelesaikannya, maka aku akan kembali (ke a'isyah radhiallohu 'anha). Ketika aku menelesaikannya, aku masih mendapatinya berdiri didalam sholatnya, membaca ayat yang sama, menangis dan memohon kepada Allah"

[Al Ihya 4/436]

---

Maymun bin Hayyan said, "I never saw Muslim bin Yasar turning his head while praying, whether the prayer was short or long. Once, a part of the mosque came down and the noise caused fear to the people who were in the market, while he was in the mosque, did not fear nor even turn his head and kept praying."

Maymun bin Hayyan mengatakan, "Aku tidak pernah melihat Muslim bin Yasar menggerakkan kepalanya ketika ia sedang sholat, apakah sholat yang ringan maupun panjang. Pernah sekali, ada salah satu bagian mesjid yang runtuh, bunyi reruntuhan itu sampai-sampai menyebabkan orang-orang dipasar ketakutan, sedangkan ia, tidak takut, bahkan tidak menggerakkan kepalanya dan tetap dalam sholatnya"

[Az Zuhd by Imam Ahmad p 359]

---

"I accompanied `Ata bin Rabah for eighteen yers. When he became old and weak, he used to stand in prayer and read close to two hundred Ayat from Surat al Baqarah while standing in such firmness that no part of him would move."

"Aku menemani 'Atho bin Robah selama delapanbelas tahun. Ketika ia tua renta, ia sering berdiri dalam sholatnya dan membaca sekitar DUA RATUS AYAT dari surat al-baqoroh sambil berdiri dengan teguh dan mantap, sampai-sampai tidak ada anggota tubuhnya terlihat bergerak"

[As Siyar 5/87, Sifat as Safwah 2/213]

---

Abu Bakr bin Aiyash said, "If you saw Habib bin Abu Thabit while in Sujud, you would think that he had died because of his long prostration."

Abu Bakar bin 'Aiyash mengatakan, "Jika engkau melihat Habib bin Abu Tsabit dalam sujudnya, maka kamu akan mengira ia telah wafat karena lamanya sujudnya."

[As Siyar 5/291]

---

Ali bin Al Fudayl said, "I saw ath-Thawri went into Sujud while praying, and I performed Tawaf around the House seven times before he raised his head from Sujud."

Ali bin Al-Fudhoil berkata, "Aku melihat Ats-Tsauri dalam sujudnya ketika ia sholat, dan aku pun melaksanakan tawaf mengelilingi ka'bah tujuh kali sampai ia mengangkat kepalanya dari sujudnya"

[As Siyar 7/277]

---

When Hatim al Asamm was asked about his prayer, he said, "When it is near the time of prayer, I perform a perfect Wudu and go to where I am going to pray and sit down there until I become fully attentive to what I am about to do. I then stand up and pray, imagining that the Ka`bah is in front of my eyes, Paradise to my right, Hellfire to my left and the Angel of Death behind me. I imagine that it is the last prayer I am about to perform, stand up in hope (in Allah, His Paradise and rewards) and fear (from Allah's torment in Hellfire) and recite the Takbir while having full attention. I recite the Qur'an calmly, make Ruku` humbly, go into Sujud with Khushu' and then sit on my left leg, with the left food laid on the floor and the right food raised up, all the while praying with sincerity. Afterwards, I do not know (nor feel certain) if that prayer was accepted from me!"

Ketika Hatim Al-Asamm ditanyakan tentang sholatnya, ia mengatakan, "Ketika telah dekat waktu untuk sholat, maka aku menyempurnakan wudhuku, dan pergi kemana aku akan melaksanakan sholatku (mesjid). Kemudian aku berdiri dan sholat, membayangkan bahwa ka'bah ada dihadapanku, surga ada disebelah kanank, neraka ada disebelah kiriku, dan malaikat maut ada dibelakangku. Aku membayangkan bahwa itulah sholat terakhir yang akan aku kerjakan, aku berdiri dengan penuh harap (terhadap Jannah-Nya dan pahala-Nya). dan takut (Neraka-Nya) dan mengumandangkan takbir disertai niat yang tulus dan ikhlas. Aku membacakan al-qur'an dengan pelan, aku ruku' dengan merendahkan hati, kemudian sujud dengan khusyu' dan kemudian duduk diatas kaki kiriku, dengan kaki kiriku terbaring ditanah dan meluruskan kaki kananku (iftirasy') dan sholat dengan penuh keikhlasan. Kemudian, aku tidak tahu apakah sholaku telah Diterima-Nya.

[Al Ihya 1/179]

---

One of the Salaf said, "O son of Adam! You need your share in this life, but need your share in the Hereafter even more. If you took care of your share in this life, then you will lose your share in the Hereafter and are soon bound to lose your share in this life too. If you took care of your share in the Hereafter, you will also win your full share in this life with ease."

Salah seorang salaf mengatakan, "Hai anak adam! jika engkau menginginkan/memerlukan bagian dalam hidup ini, maka engkau lebih memerlukan bagianmu untuk hari kemudian. Jika engkau menjaga bagianmu dalam hidup ini, maka kamu akan kehilangan bagianmu pada hari kemudian, dan akan segera melilitkanmu dengan kehilangan bagianmu dalam hidupmu ini pula. Jika engkau menjaga bagianmu untuk hari kemudian, maka kamu akan mendapatkan dan memenangkan seluruh bagian dalam hidup ini dengan mudah."

[Fada'il adh Dhikr by ibn al Jawzi p. 19]

---

Oleh: Abdul Malik Al-Qasim, dialihbahasakan oleh: Abul Fudhåil Al-Ghåråntaliy
link http://www.geocities.com/mutmainaa1/article/salaf_salah.html

Tidak ada komentar: